Tri
Catatan Bola Basket Eko Widodo
Tri bermakna tiga. Maka cerdik benar pada tahun 2002 ketika sebuah operator selular yang bermarkas global di Hong Kong, dengan area layanan Hong Kong, Makao, Austria, Denmark, Indonesia, Irlandia, Italia (Wind Tre), Swedia, dan Britania Raya menggunakan kata Tri untuk bisnis mereka. Bahkan, dalam dunia bisnis mereka menganalogikan perusahaan mereka dengan angka 3.
Setali tiga uang, bukan secara kebetulan pula saya berlangganan pasca bayar provider ini. Teman baik saya satu SMA nun jauh di Jawa Timur sana, beberapa waktu lalu, menawari nomor secara gratis. Dia, teman satu grup belajar di SMA, meminta saya menyebutkan angka untuk dibuatkan nomor cantik.
Nomor cantik memang strategi penjualan jitu pendatang pasar. Kebetulan waktu itu saya mau bertugas ke Vietnam di Saigon (Ho Chi Minh City) dan Nha Trang. Di tengah kebingungan mencari nomor provider hape yang kompatibel untuk berberkomunikasi dengan kantor, baik pasca maupun pra bayar, muncullah tawaran menarik tersebut. Sebab, saat itu adalah tugas perdana saya ke Vietnam.
Dengan ngasal, saya menyebut nomor punggung Lamar Odom (eks LA Lakers) enam kali beruntun. Karena cuman ngasal, saya tidak berpikir nomor itu akan ia approved. Eh, keberuntungan datang, ajaib, sejam kemudian nomor cantik itu jadi milik saya, sampai detik ini.
Keberuntungan berlanjut sampai ke Vietnam yang punya motto dalam bahasa Vietnam ‘Độc lập – Tự do – Hạnh phúc” jika dibahasakan ke bahasa Inggris berarti independence, liberty, dan happiness.
Tim Indonesia U-16 yang saya liput masuk 8 besar Asia dan menempati peringkat ke-7 dari 14 negara se-Asia. Inilah prestasi terbaik Indonesia di bagian kelompok umur putra sampai detik ini.
Tri Adjanaadi
Tri adalah nama depan kenalan saya di bola basket ketika ditugaskan di desk bola basket setelah rotasi di berbagai desk seperti tenis, bulu tangkis, sepak bola, beladiri, olimpik sports di Tabloid BOLA pada awal 1994.
Nama lengkapnya Tri Adnjanaadi Lokatanaya. Saya sampai perlu berkali-kali menuliskan di blok note saya nama yang benar. Pertama-tama dia tulis Tri Adnyana Adi. Lalu, di kesempatan lain dia tuliskan Tri Adnyana Adiloka.
“Namamu kok berubah-ubah,” tanya saya. Karena nama seseorang adalah penting sekali, dalam standar penulisan di media cetak grup Kompas Gramedia, maka saya akhirnya ambil paspor dia, dan di sana tertulis Tri Adnjanaadi Lokatanaya.
Tri itu pendiam, bahkan cenderung introvert. Namun dia narasumber yang menyenangkan. Kami cepat akrab.
Dalam bola basket, pilihan peran itu berkorelasi dengan karakter seseorang. Di tim nasional bola basket, Tri memilih berperan sebagai defender, peran yang kurang populer sebenarnya, namun penting. Tri juga beruntung ia bertangan kidal.
Clare Porac, seorang profesor psikologi di Pennsylvania State University yang khusus mempelajari fungsi tangan kanan dan kiri dari sisi psikologi pernah mengatakan, fungsi tangan kanan dan kiri itu adalah hasil proses biological dan genetik.
Dua teori genetik yang paling banyak dipublikasikan tentang preferensi tangan manusia, berpendapat bahwa seleksi alam evolusioner menghasilkan mayoritas individu dengan kontrol bicara dan bahasa di belahan otak kiri.
Belahan otak kiri juga mengontrol gerakan tangan kanan, terutama gerakan yang diperlukan untuk menghasilkan bahasa tulis. Dalam ribuan tahun perkembangan evolusi yang menghasilkan populasi manusia yang bias secara genetik terhadap individu-individu dengan ucapan/bahasa dan belahan otak kiri – preferensi tangan kanan. Sekitar 85 persen orang tidak kidal. Teori-teori itu juga mencoba menjelaskan keberadaan minoritas kidal yang terus-menerus dan berkelanjutan (sekitar 15 persen manusia).
Sekolah Tetap Nomor Satu
Di beberapa kesempatan kami ngobrol. Saya jadi tahu bahwa keistimewaan footwork Tri diperoleh karena ia adalah bekas penari kecak di Bali. Modal alam yang memberikan keuntungan. Ia juga punya semangat totalitas. Namun kami berbeda pendapat tentang totalitas.
Totalitas itu bermakna 100% pada profesi yang dimiliki dan dipilih. Jadi kalau disuruh memilih, menjadi 100% dengan menjadi pebasket, saya kurang sependapat. Tri adalah mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, namun ia abai menyelesaikan sekolahnya karena dogma 100% professional. Saya selalu bersikukuh di berbagai kesempatan ngobrol, bahwa sekolah itu tetap penting.
Pilihan dan takdir Tri membawa dia 100% di bola basket. Mulai jadi pelatih di Stadium, hingga ke Timnas Putri. Ia pernah kami minta melatih di Tim Basket Kompas Gramedia, juga di Tabloid BOLA. Pada kejuaran antarmedia nasioal pertama, ia berhasil membawa BOLA menjadi juara. Saat itu tim dimanajeri peliput Formula1, Bobby Arifin.
Tri, karena berlatar belakang seorang defender, memang sangat bagus melatih defense. Defense Tabloid BOLA adalah keras dan hustle saat itu. Banyak steal yang dibuat karena strategi unbalanced situasi yang terjadi. Saat offense ia mengandakan iso (isolation) dan kick out execute. Gak pernah ada pola khusus untuk offense. Puji Tuhan, BOLA menjadi juara sayangnya tak pernah menjadi juara lagi sampai sekarang biarpun sudah diperkuat oleh pebasket terbaik Kompas Gramedia sekalipun.
Usia seorang manusia pasti bertambah sejalan dengan bertambahnya waktu. Dan ibaratnya putaran roda dunia, di suatu saat, orang berada di titik terbawah dalam hidup.
Tiba-tiba saya mendapat kabar dari Perbasi, induk olahraga bola basket Indonesia, Selasa (14/7) malam lalu, kalau Tri harus dioperasi kakinya karena sakit diabetes. Bagi si penari kecak old school, kaki adalah asset. Walaupun tidak sampai diamputasi, tapi itu pasti membuatnya terpukul
Inilah yang selalu saya diskusikan dengan Bli Komang Adi, panggilan akrabnya, bahwa kehidupan ini tidak abadi. Kehidupan selalu berputar. Ditambah wabah pandemi Covid-19, kehidupan menjadi semakin sulit dan serba tidak pasti. Tetap sabar dan menjaga api semangat adalah cara paling mudah walau sulit sekali.
Sepeda harus terus dikayuh agar kita tetap bisa berjalan dan sampai tujuan. Begitu juga dengan hidup. Untuk mencapai tujuan hidup yang kita inginkan, kita harus tetap melangkah. Bola basket olah ragaku, sekolah tetap nomor satu.
Roda kehidupan akan berputar terus. Pengertian yang akan menjadi kekuatannya, pikiran dan jiwa menjadi sumbunya. Roda itu diikat dan disatukan oleh rasa dan pengindraan. Tetap semangat Tri, Bli Komang Adi!