Home > Artikel > Profil Jonosewojo, Ketua Perbasi ke-4

Profil Jonosewojo, Ketua Perbasi ke-4

Mayor Jenderal (Purn) K.R.M. Hario Jonosewojo Handajaningrat lahir pada tanggal 9 Juni 1921 dan merupakan cucu dari Sultan Mangkunegara VII. Beliau dikenal sebagai salah satu tokoh olahraga Indonesia. Beberapa jabatan ketua organisasi olahraga pernah disandangnya, antara lain Ketua Umum Persatuan Lawn Tennis Indonesia (Pelti) 1971-1986, Ketua Umum PB Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat dan Binaraga Seluruh Indonesia (PABBSI) 1972-1987, dan Ketua Umum PB Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) 1971-1987.

Kalau sedang bermain tenis, Mas Piet, demikian panggilan akrab Jonosewojo, selalu tampak gembira. Tidak pernah ia tersinggung, apalagi marah, bila gagal mengembalikan bola. Bahkan, tidak jarang tokoh dengan tinggi 175 cm dan berat 100- an kg ini suka melucu.

Sudah sejak usia remaja Mas Piet menggemari tenis. Ia sering mengikuti pertandingan di pelbagai tempat. “Tetapi tidak pernah menjadi juara,” katanya, sambil tergelak. Waktu itu ia tergabung dalam klub Vooruit. Masuk Pelti sejak serikat tenis Indonesia ini didirikan, 1948, lima belas tahun kemudian ia sampai ke puncak kepengurusan — ketua umum sejak 1963.

Pada awal 1984, banyak pihak meributkan kebijaksanaannya terhadap petenis nasional Yustedjo Tarik. Lantaran menolak pelatnas tim Piala Davis, dan pada saat bersamaan bersikeras mengikuti kejuaraan Singha Beer di Bangkok, Yustedjo diskors PB Pelti. “Saya komandan di Pelti. Dan semua, saya yang menentukan,” jawab Mas Piet kepada pihak yang tidak menyetujui tindakannya. Tetapi, beberapa minggu kemudian, mereka berdamai.

Di masa kecil, Mas Piet bercita-cita menjadi dokter. Ia ingin mengikuti jejak tokoh pergerakan nasional Dokter Sutomo — yang mengoperasi Mas Piet ketika dikhitan. Operasi yang seharusnya kurang dari setengah jam, menjadi dua jam. Sebab, “Sambil bekerja, Pak Sutomo bercerita kepada saya tentang Islam. Dan beliau pulalah yang akhirnya mengislamkan saya,” kata Mas Piet.Keinginannya menjadi dokter tidak kesampaian, karena Jepang keburu datang. Mas Piet ketika itu masih di kelas II AMS B, Surabaya. Cucu Mangkunegara VII ini lantas bekerja sebagai sinder rabuk di pabrik gula Lestari, Kertosono, Jawa Timur. Cuma enam bulan, ia kemudian mengikuti angkatan I pendidikan militer Seinen Dodjo di Tangerang. Karier militernya berlanjut, dengan pangkat terakhir mayor jenderal.

Ia anak pertama (dengan tujuh adik) Kanjeng Pangeran Adipati Soejono Handajaningrat. Namun, seperti pengakuannya, Mas Piet tidak tumbuh di lingkungan keraton. Keturunan bangsawan Solo ini sejak muda sudah menentang Belanda. “Kakek saya memusuhi Belanda, ayah juga. Maka, saya wajib pula begitu,” katanya. Toh, lantaran keturunan priayi, ia bisa masuk sekolah Belanda, malah sejak SD. Di sini, ia sering diejek para sinyo. “Apa boleh buat, akhirnya saya sering berkelahi dengan mereka,” tuturnya.

Menikah dengan Roro Soerjasah Gondokoesoemo, Mas Piet memiliki tujuh anak.

Biodata:

Nama: K.R.M. HARIO JONOSEWOJO HANDAJANINGRAT

Lahir: Surabaya, 9 Juni 1921

Meninggal: Jakarta, 22 Maret 1994

Agama: Islam

Pendidikan :
– AMS B
– Seinen Dojo di Tangerang
– Rensei Tai di Bogor
– Tokubetsu Kyoiku
– Chandradimuka di Ja-Bar
– SSKAD di Bandung (1953-1954)
– Command General Staff College Regular Course di Fort Leavenworth AS (1960-1961)


Karir:
– Pembantu Instruktur di Kanbu Kjoiku Magelang
– Kepala Sekuriti BKR Kota Surabaya
– Dan TKR Surabaya
– Dan Divisi Narotama
– Instruktur di Pangkalan ALRI di Tegal
– Dan Sekolah Kader Kawarasan
– Dan Yon Brandjangan
– Pj Dan Brigade Kal-Tim
– Pamen di SUAD VI
– Kas Resimen 25 Ambon
– Dan Resimen 25 Ambon
– Pamen Ass. II KSAD
– Penjabat Asisten II KSAD
– Ajudan Senior Penjabat Presiden Djuanda
– Pamen Detasemen I
– Dan Kokar AD

Kegiatan Lain:
– Ketua Pelti, Perbasi, PABBSI
– Presiden Asian Tennis Amateur Federation (ATF)
– Ketua III KONI Pusat
– Ketua II Komite Olimpiade Indonesia

(Sumber: https://ahmad.web.id/sites/apa_dan_siapa_tempo/profil/K/20030623-67-K_1.html)